Allah SWT berfirman,
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.” (Ali Imran: 103).
Allah SWT juga berfirman,
“Seandainya engkau belanjakan apa yang ada di bumi semuanya, tidaklah dapat engkau persatukan antara hati mereka, tapi Allahlah yang mempersatukan antara mereka. (Al-Anfaal: 63).
Kedudukan ukhuwah dalam Al-Quran dan Hadis:
Ketika kita meneliti ayat-ayat Al-Quran dan Hadis yang berbicara tentang ukhuwah Islamiyah, akan kita dapati betapa penting nilai ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan dan perjuangan kita. Paling tidak, ada dua nilai ukhuwah yang harus kita miliki.
Pertama: bersihnya hati kita terhadap saudara seiman sehingga tidak berburuk sangka, tidak iri hati, tidak mencari aib orang lain, tidak memiliki sikap bermusuhan, dan sebagainya.
Dalam satu hadits Rasulullah SAW bersabda,
“Jauhilah prasangka, karena prasangka itu ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian mencari-cari aib orang lain lain, janganlah saling mendengki, membenci atau memusuhi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (H.R. Muslim).
Kedua: Mengutamakan orang lain. Inilah yang telah ditunjukkan oleh para sahabat dalam menjalin ukhuwah dengan sahabat lainnya.
Abu Bakar Ash-Shiddiq mengorbankan banyak hartanya hanya untuk menebus Bilal dari perbudakan.
Begitu juga dengan sahabat Sa’ad bin Rabi’ yang memberikan separuh hartanya untuk diberikan kepada Abdurrahman bin Auf ketika hijrah ke Madinah. Bahkan, beliau juga telah menceraikan isterinya untuk dinikahkan dengan sahabatnya itu.
Hal ini tercermin dalam firman Allah SWT,
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr: 9).
tapi...tak senang nak memahami seseorang tu..sangat bersyukur kalau ade aktiviti..dapat jadikan platform untuk lebih mengenali orang tu..
ReplyDelete